Banyak dari kita masih punya pola pikir yang sama yaitu kalau skincarenya dari luar negeri, pasti lebih bagus. Lebih keren, lebih canggih, lebih “bisa diandalkan”. Tidak salah sih, brand luar memang punya reputasi global, packaging mewah, dan sering bersliweran di FYP media sosial.
Tapi kalau kita berhenti sejenak dan lihat lebih dekat, ada pertanyaan penting yang perlu dijawab, yaitu apakah semua produk luar negeri benar-benar cocok dengan kebutuhan kulit orang Indonesia?
Indonesia bukan negara empat musim. Kita hidup di iklim tropis panas, lembab dan penuh paparan sinar matahari sepanjang tahun. Kita juga terbiasa banyak aktivitas di luar ruangan, punya kulit dengan karakter melanin berbeda, dan sering menghadapi masalah seperti jerawat hormonal, kusam karena polusi, atau kulit sensitif karena udara yang tidak stabil.
Fakta ini membuat kebutuhan skincare kita berbeda dengan mereka yang tidak berasal dari daerah tropis. Di sinilah letaknya kekuatan produk lokal. Produk lokal dibuat oleh orang yang paham betul seperti apa tantangan kulit orang Indonesia setiap harinya.
Produk seperti Mejaviskin+ misalnya, tidak cuma meniru formula luar atau mengejar tren viral. Formulasi produknya dirancang dengan mempertimbangkan karakter kulit lokal. Ada berbagai jenis kandungan yang ringan tapi efektif, seperti niacinamide, licorice, hingga DNA salmon, sampai tekstur produk yang mudah menyerap tanpa bikin kulit terasa berat di tengah cuaca panas.
Ditambah lagi, skincare lokal biasanya punya pendekatan yang lebih realistis, yaitu harga yang lebih terjangkau, lebih mudah diakses, dan lebih jujur soal hasil. Tidak menjanjikan glow-up kilat dalam tiga hari, tapi berfokus pada progres nyata yang aman dan konsisten.
Memilih skincare lokal bukan berarti menolak yang dari luar. Tapi ini soal memberi prioritas pada sesuatu yang lebih relevan, lebih masuk akal, dan lebih paham kulit kita. Produk lokal juga lahir dari niat untuk memberikan solusi nyata, bukan sekadar mengikuti gaya hidup global.
Jadi, mungkin sekarang waktunya mengubah mindset. Dari yang awalnya “coba-coba dulu deh, siapa tahu cocok” jadi “ini pilihan utama, karena kulitku butuh sesuatu yang mengerti aku.”